Sabtu, 14 Januari 2012

Keuntungan Berjam’iyyah



Organ Tubuh
Lihatlah tubuh kita, satu tapi terdiri dari berbagai organ. Tangan untuk memegang, menulis, menggaruk, mengambil makanan. Kaki untuk berjalan. Mulut untuk bicara.  Mata untuk melihat. Mendengar  dengan  telinga. Menghirup udara dan mencium rasa dengan hidung. Jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Hati membantu ginjal memecahkan senyawa yang bersifat racun. Semua itu bekerja masing-masing. Tetapi ada dalam satu ikatan yang bernama tubuh.


Bahkan, tubuh manusia menjadi inspirasi content (matan) hadits. Rasulullah menjelaskan bahwa kita, umat beriman, semestinya belajar kepada tubuh. Belajar bagaimana organ-organ bekerjasama dan menyatukan “persepsi” dalam perbedaan status, peran dan fungsi di “masyarakat” tubuh. “Orang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan tubuh yang satu”. Demikian tandas Rasulullah saw..

            Kiranya tubuh ini kita jadikan inspirasi dalam kehidupan bahwa, kita perlu menyatu bersama yang lain dalam suatu wadah (baca: jam’iyyah, organisasi). Tentunya wadah yang benar-benar terjamin kebenarannya. Wadah yang memiliki himmah (cita-cita) untuk membumikan Quran-Sunnah.

Keuntungan Berjam’iyyah
1. Hidup menjadi lebih terarah
Banyak hikmah yang dapat kita raih dalam berjam’iyyah. Di antaranya adalah hidup kian teratur dan tearah karena ada kendali dari pimpinan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Anda melaksanakan shalat sunnat gerhana, misalnya. Kok Anda bisa mengetahui bahwa hari tertentu, tanggal tertentu, pukul sekian, akan terjadi gerhana lalu Anda menjalankan sunnah Rasulullah yakni shalat gerhana? Dari mana informasi itu Anda dapat?

Sebagai bagian dari sebuah jam’iyyah (anggota), dalam hal ini Jam’iyyah Persatuan Islam, secara otomatis Anda akan mendapat Surat Edaran yang memberitahukan tentang sesuatu hal termasuk perihal gerhana. Dan, Anda tidak perlu bersusah payah mencarinya, karena informasi Pimpinan Pusat akan langsung memasuki rumah Anda melalui Pimpinan Cabang, Pimpinan Jama’ah atau Pimpinan Ranting.

Ini hanya sebagian contoh. Masih banyak contoh lain, dari mulai urusan akidah, ibadah, muamalah, jinayah, munakahah, akhlak, dll.. Pada intinya, berjam’iyyah itu lebih menguntungkan daripada tidak berjam’iyyah. Syaratnya, Anda mesti proaktif dan berpikir membangun bukan meruntuhkan.

2. Mempertebal kekuatan pendidikan dan dakwah
Masih ingat falsafah lidi? Sebuah lidi tidak akan mampu menyingkirikan sampah di halaman jika ia bekerja seorang diri. Baru ia akan mampu ketika ia diikat dengan teman-temannya di dalam  sebuah ikatan. Begitulah jam’iyyah. Kekuatannya akan muncul jika dibangun oleh “lidi-lidi” yang siap berjuang menghadirkan kebaikan di muka bumi.

Pendidikan dan dakwah itu bukanlah kewajiban pribadi saja. Tetapi kewajiban jam’iyyah. Maka, menyatukan kekuatan pendidikan dan dakwah menjadi hal yang niscaya. Tidak boleh tidak. Aghniya (mampu materi) berperan dan berfungsi sebagai munfiq perjuangan. ‘Alim ulama beperan dan berfungsi sebagai guide umat agar tidak salah dalam beribadah. Asatidz berperan dan bertugas sebagai pendidik yang mampu melestarikan generasi penerus perjuangan agar tidak “punah”. Demikian seterusnya. Semua berjuang untuk menghidupkan Quran-Sunnah dengan kapasitas yang dimilikinya.

3. Wadah silaturahmi
            Silaturahmi itu penting untuk dilestarikan. Bukan saja saling berkunjung kemudian bercengkrama satu sama lain, silaturahmi diarahkan sebagai ajang dakwah menyambungkan kasih sayang Rasulullah kepada umatnya. Dalam arti, ketika Anda saling mengungjungi, sisipkan ucapan-ucapan dakwah. Tidak hanya senda gurau belaka. Ini terjadi dalam sebuah organisasi. Saling mengungjungi, saling memberikan nasehat. Formal mapun tidak formal. Mimbar maupun lesehan.

Allah swt. berfriman:
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridlaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (Q.S. an-Nisa [4]: 114).

4. Ta’awun ‘alal birii wat-taqwa
Jika pipi yang gatal, maka tanganlah yang akan menggaruknya; jika perut lapar, maka tangan yang akan mengambil makanan, mulut yang akan mengunyah, lidah  dan ludah yang membantu menelan, perut yang akan menggiling makanan, kemudian darah yang menyalurkan sari-sari makanan. Jam’iyyah pun demikian. Akan terjadi saling bantu antara satu dengan yang lain.

Misalnya ada salah satu anggota yang sakit, maka anggota lain memiliki kewajiban untuk menjenguk dan mendoakannya. Atau ada yang meninggal dunia, maka mengurus jenazah dari mulai memandikan sampai menguburkan adalah kewajiban bagi sebagian anggota yang memiliki kemampuan mengurus jenazah (fardlu kifayah).

Misalnya juga, ada salah seorang anggota yang membutuhkan bantuan finansial, maka anggota yang lain akan siap membantunya. Hak dan kewajiban sebagai anggota insya Allah akan tejaga dengan baik. Semua ini adalah manifestasi dari ketaatan terhadap syariat (ibadah).

5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas ilmu dan amal
            Ada tugas terpenting dalam berjam’iyyah, yaitu tawashau bilhaqqi wa tawahsau bish-shabri, saling mansehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Tugas jam’iyyah itu sendiri adalah bagaimana menciptakan umat yang berilmu kemudian beramal dan berdakwah. Dalam arti lain, mewujudkan kesalehan umat dan menghilangkan egoisme ibadah (dayyus: membiarkan kemaksiatan terjadi tanpa usaha merubahnya dengan tangan, lisan atau hati).

            Jam’iyah sejatinya akan memfasilitasi dan menuntut seluruh anggotanya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ilmu dan amal. Misalnya melalui program pengajian dan kajian rutin, melalui majalah, buletin, atau  media-media lain. Hal ini ditujukan agar tercipta keseragaman dalam pergerakan terutama dalam beribadah.

Menghidupkan atau Ikut Hidup?
Untuk meraih kelima hal sebagaimana disebut, setiap insan jam’iyyah mesti berupaya secara proaktif untuk menghidupkan jam’iyyah bukan ikut hidup dalam jam’iyyah. Sebuah sikap yang tidak baik jika Anda bergabung ke dalam jam’iyyah dengan niat supaya segala kebutuhan hidup Anda diperhatikan oleh jam’iyyah. Hidupkan jam’iyyah, maka secara otomatis Anda pun akan hidup bersama jam’iyyah.

Tidak usah khawatir tentang rezeki. Allah sudah menyiapkan bagi siapapun yang siap “menolong” Allah. Dan, menolong Allah itu adalah berjuang menegakkan syariat. Paling minimal menegakkan syariat di dalam diri masing-masing. Sekali lagi, hidupkan jam’iyyah, maka Anda akan hidup beriringan dengan jam’iyyah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar