Hijrahnya
Nabi Muhammad saw..
Tatkala
keputusan keji untuk membunuh Nabi saw.. telah diambil oleh kaum Quraisy,
turunlah Malikat Jibril membawa wahyu Rabbnya, memberitahukan kepada beliau
perihal persekongkolan kaum Quraisy tersebut dan izin Allah kepada Beliau untuk
berhijrah meninggalkan Mekah. Kemudian Jibril menentukan momen hijrah tersebut
seraya berkata, “Malam ini, kamu jangan berbaring di tempat tidur yang
biasanya!”
Nabi saw.. bertolak ke kediaman Abu
Bakar di tengah terik matahari untuk bersama-sama menyepakati tahapan hijrah.
Aisyah r.a. berkata, “Ketika kami sedang
duduk-duduk di kediaman Abu Bakar pada siang hari nan terik, tiba-tiba ada
seseorang berkata kepadanya, “Ini Rasulullah saw.. datang menutupi wajahnya
dengan kain di waktu yang tidak biasa mendatangi kita”.
Lalu, Nabi saw.. berkata kepada Abu
Bakar, “Sesungguhnya aku telah diizinkan untuk pergi berhijrah.”
“Engkau minta aku menemanimu, wahai Rasulullah?”
tandas Rasulullah. Beliau menjawab, “Ya benar.”
Setelah disepakati rencana hijrah
tersebut, Rasulullah saw.. pulang ke rumahnya menunggu datangnya malam.
Blokade
Terhadap Kediaman Rasulullah saw..
Berdasarkan hasil kesepakatan Parlemen Mekah di
Daarun Nadwah, mereka memilih 11 eksekutor dari pemuka mereka untuk
membunuh Nabi saw.. Ke 11 orang tersebut adalah : Abu Jahal bin Hisyam, Al
Hakam bin Abil ‘Ash, “Uqbah bin Abi Mu’ith, An Nadhar bin al Harits, Umayah bin
Khalaf, Zam’ah bin al Aswad, Tha’imah bin ‘Adiy, Abu Lahab, Ubay bin Khalaf,
Nabih bin al Hajjaj dan Munabbih bin al Hajjaj.
Waktu persekongkolan tersebut adalah setelah
pertengahan malam saat Nabi saw. keluar dari rumah. Mereka melewati malam
tersebut dengan penuh kewaspadaan seraya menunggu pukul 00.00. Akan tetapi, Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Di tangan-Nya lah segala urusan langit dan bumi. Dia telah
menetapkan janji yang telah difirmankannya kepada Rasulullah saw. setelah itu,
yang berbunyi:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ
أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Dan
ingatlah, ketika orang-orang kafir (quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS.al
Anfal:30)
Rasulullah
saw.. Meninggalkan Rumah
Pada malam itu Rasulullah saw. berkata
kepada ‘Ali bin Abi Thalib, “Tidurlah kamu di tempat tidurku, berselimutlah
dengan burdah hijau yang berasal dari hadhramaut milikku ini. Gunakanlah untuk
tidurmu, niscaya tidak ada sesuatupun dari perbuatan mereka yang tidak engkau
suka akan menimpamu.”
Sementara Rasulullah saw. berhasil
keluar dan menembus barisan-barisan mereka. Beliau memungut segenggam tanah
dari al-Bathha, lalu menaburkannya di atas`kepala mereka. Ketika
itu Allah telah mencabut pandangan mereka sementara, sehingga tidak dapat
melihat Beliau. Sedangkan Beliau membaca firman Allah:
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ
سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ
“Dan
kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan
kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat” (Q.S.Yasin [36]: 9).
Rasulullah meninggalkan rumahnya pada
malam tanggal 27 Shafar tahun 14 dari kenabian, bertepatan dengan tanggal 12/13
September tahun 622 M. Lalu menuju rumah Abu Bakar, rekan setianya dan orang
yang paling beliau percayai untuk menemaninya di perjalanan. Keduanya keluar
melewati pintu belakang lantas bersama-sama meninggalkan Mekah secepatnya
sebelum fajar menyingsing.
Jalan yang beliau tempuh adalah jalan
yang terletak di sebelah selatan Mekah, yang menuju ke arah Yaman. Beliau
menempuh jalan ini sepanjang 5 mil (± 8 km) hingga akhirnya sampai ke sebuah
bukit yang dikenal dengan bukit Tsur. Ia
adalah bukit yang tinggi, jalannya terjal, sulit didaki dan banyak bebatuan.
Kondisi ini membuat kaki Rasulullah saw. lecet (karena tanpa alas kaki) yang
akhirnya beliau harus digendong oleh Abu Bakar ketika mencapai bukit. Dan, Abu
Bakar mulai memeganginya dengan kencang hingga akhirnya sampai ke sebuah gua di
puncak bukit yang kemudian hari dikenal
oleh sejarah dengan nama Gua Tsur.
Saat
Keduanya Berada di Gua Tsur
Begitu tiba di gua, Abu Bakar berkata, “Demi
Allah, engkau jangan masuk terlebih dahulu sebelum aku masuk. Jika ada sesuatu
di dalamnya, maka biarlah hanya aku yang mengalaminya.” Kemudian ia masuk
untuk menyapunya. Dan didapatinya di sisi gua tersebut ada beberapa lubang,
maka dia pun menyobek kainnya dan menyumbatnya. Tetapi masih tinggal dua lubang
lagi. Lantas ditutupnya dengan menggunakan kedua kakinya.
Kemudian dia berkata kepada Rasulullah saw.,
“Masuklah!” Rasulullah pun masuk dan merebahkan kepalanya di pangkuan
Abu Bakar, lalu tertidur. Sementara kaki Abu Bakar yang digunakan untuk
menyumbat lubang tersebut, disengat (binatang berbisa) namun dia tidak
bergeming sedikit pun karena khawatir dapat membangunkan Rasulullah saw..
Kondisi ini membuat air matanya menetes
hingga membasahi wajah Rasulullah saw.. Lalu beliau berkata kepadanya, “Ada
apa denganmu, wahai Abu Bakar?” Jawab Abu Bakar, “Aku telah disengat
binatang berbisa, wahai Rasulullah”. Lantas`Rasulullah saw. meludah kecil
ke arah bekas sengatan tersebut sehingga apa yang dirasakannya hilang sama
sekali.
Keduanya tinggal di dalam gua selama
tiga malam (malam Jum’at, malam Sabtu dan malam Ahad). Sementara pada
malam-malam itu, Abdullah putra Abu Bakar mendampingi mereka berdua pada malam
hari.
Abdullah anak yang cerdas dan cepat
paham. Dia berjalan meninggalkan keduanya menjelang waktu subuh, sehingga pagi
harinya bisa berada di Mekah bersama orang-orang Quraisy, seakan malam harinya
ia menginap di Mekah.
Semua perintah yang diintruksikan kepadanya
dapat dicerna dengan baik. Lantas ia membawa berita tentang hal itu kepada
mereka berdua ketika hari mulai gelap. Sementara ‘Amir bin Fuhairah (pembantu Abu
Bakar), menggembalakan kambing perah untuk keduanya, dan mengistirahatkannya
untuk sesaat di malam hari sehingga keduanya meminum susu dari perahan kambing
tersebut.
Kemudian ketika tiba waktu subuh, Amir
bin Fuhairah menyeru kambing-kambing peliharaannya untuk pergi. Dia lakukan hal
itu selama tiga malam. Setelah Abdullah bin Abu bakar pulang ke Mekah, Amir bin
Fuhairah selalu menggiring kambingnya untuk mengikuti jejaknya agar terhapus.
Sementara kaum kafir Quraisy semakin
menjadi-jadi kegilaannya manakala mengetahui secara pasti pada pagi harinya
bahwa Rasulullah saw. lolos dari eksekusi persekongkolan yang mereka
rencanakan. Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah memukuli Ali bin Abi Thalib,
meyeretnya ke Ka’bah dan mengurungnya untuk sesaat dengan harapan mendapatkan
informasi tentang perihal keduanya.
Manakala tindakan mereka terhadap Ali
bin Abi Thalib tidak membuahkan hasil, mereka menyatroni rumah Abu Bakar lalu
mengetuk pintunya. Ketika itu, Asma binti Abu Bakar keluar menemui mereka,
lantas mereka bertanya kepadanya, “Mana ayahmu?”.
“Demi Allah aku tidak tahu kemana ayahku”,
jawab Asma.
Maka Abu Jahal menampar pipi Asma dengan sebuah
tamparan yang mengakibatkan anting-antingnya berjatuhan.
Di dalam sidang darurat orang-orang Quraisy
memutuskan untuk menggunakan berbagai
sarana guna menangkap kedua orang tersebut. Mereka menjadikan semua jalur
menuju kota Mekah dari semua penjuru di bawah pengawasan pasukan bersenjata
yang super ketat.
Selain itu mereka juga memutuskan untuk
memberikan hadiah besar senilai 100 ekor unta sebagai imbalan bagi siapa saja
yang dapat membawa Rasulullah saw. dan Abu Bakar ke hadapan orang-orang Quraisy,
apapun kondisinya, hidup ataupun mati.
Ketika itulah para pasukan berkuda,
pejalan kaki dan pelacak jejak dengan penuh semangat melakukan pencarian dan
menyebar sampai ke lereng-lereng perbukitan, lembah, dataran rendah dan tinggi,
namun hal itu tidak membuahkan hasil dan manfaat. Para pelacak tersebut telah
sampai pula ke mulut gua, akan tetapi Allah Mahakuasa atas urusan-Nya.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari
Anas dari Abu Bakar, dia (Abu Bakar) berkata, “Aku berada di sisi Nabi saw. di
gua (Thur), lalu saat aku menengadahkan kepalaku, aku dapati kaki-kaki mereka
tepat di atasku. Lantas aku berkata, “Wahai Rasulullah andaikata salah seorang
dari mereka menoleh ke bawah pasti dia dapat melihat kita. Beliau berkata, “Diamlah,
wahai Abu Bakar! Kita memang berdua, tapi Allah-lah pihak ketiganya.”
Kejadian tersebut merupakan mukjizat
yang dianugerahkan Allah kepada Nabi-Nya untuk memuliakannya. Para pelacak
tersebut akhirnya pergi padahal hanya tinggal beberapa langkah saja mereka bisa
menemukan Rasulullan dan Abu Bakar.
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar