Oleh: Yusuf Awaludin
Setiap orang memiliki hasrat untuk masuk surga. Adanya agama-agama, termasuk Islam yang hak, merupakan cara manusia untuk mendapatkan kebahagiaan sejati tersebut. Namun, dari berbagai cara hidup yang dilakukan manusia, cara hidup Islam lah yang pasti mengantarkan manusia menuju surga yang kekal nan abadi. Maka, berbahagialah jika Anda saat ini berada dalam dīnullāh (Islam) dengan loyalitas yang total.
Tetapi tidak setiap yang Islam masuk surga. Ternyata ada orang Islam yang berbondong-bondong masuk neraka. Masya Allah... Siapakah mereka itu? Menurut keterangan yang sahih, orang Islam (baca: umat Rasulullah) yang masuk neraka adalah yang bermaksiat kepada Rasulullah saw.. Dalam arti tidak menjalankan sunnah, malah mengadakan peribadahan yang tidak Rasulullah teladankan yang lebih dikenal dengan istilah bid’ah. Ahli bid’ah. Itu dia calon penduduk neraka di kalangan umat Rasulullah. Na’ūdzu billāh min dzālik.
Apakah Bid’ah itu?
Sering kiranya Anda mendengar kata bid’ah dari para muballigh. Namun, tahukah Anda apa arti bid’ah itu?
Secara bahasa bid’ah berarti:
مَااُحْدِثَ لاَ عَلىَ مِثَالٍ سَابِقٍ
“Suatu hal baru diadakan tidak berdasarkan contoh sebelumnya”
Adapun definisi bid’ah secara istilah adalah:
أَلأَمْرُ الْمُحْدَثُ فِى الدِّيْنِ عَقِيْدَةً أَوْ عِبَادَةً أَوْ صِفَةً لِلْعِبَادَةِ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
“Urusan yang diada-adakan dalam agama, baik berupa aqidah, ibadah, atau sifat ibadah yang tidak terjadi pada jaman Rasulullah saw.”
Jadi, jelas bahwa bid’ah adalah produk generasi setelah Rasulullah dan para sahabat yang tidak pernah diperintahkan (qaul), dicontohkan (fi’il) dan disetujui (takrir) oleh Rasulullah saw.. Tidak pula didasarkan atas konsensus (ijma’) para shabat dan ulama.
Dalil-Dalil Ahli Bid’ah Masuk Neraka
Lalu, apa dasar bahwa ahli bid’ah itu ditempatkan di neraka? Dalilnya ada dua macam, yaitu dalil ‘aqliy dan dalil naqliy.
Dalil ‘Aqliy
Dalil ‘aqliy atau petunjuk rasionalitas bahwa umat Rasulullah masuk neraka tergambar dalam ilustrasi berikut.
Misalnya Anda adalah pemilik perusahaan dan memiliki beberapa karyawan. Anda membuat aturan di perusahaan Anda. Salah satunya tentang disiplin waktu untuk seluruh karyawan. Contoh, mulai kerja pukul 08.00 dan pulang kerja pukul 16.00.
Dalam kenyataannya ada karyawan yang masuk dan pulang kerja seenaknya saja. Tidak menaati aturan yang Anda buat. Pertanyaan saya adalah, apakah Anda merasa nyaman dengan karyawan itu? Apakah Anda akan membiarkannya bertingkah seperti itu terus?
Saya kira Anda akan marah besar. Kenapa? Ya, logis. Aturan dilanggar, perusahaan pun ikut terkena imbas (rugi). Siapa pengusaha yang ingin rugi? Justru ia mendirikan perusahaan karena ingin mendapatkan keuntungan secara materi maupun imateri. Dengan materi (baca: uang), ia bisa beribadah kepada Allah. Berangkat haji, dengan uang. Perlengkapan shalat, dengan uang. Zakat, dengan uang pula. Pada akhirnya keuntungan imateri (tenang, nyaman, damai, bahagia) pun didapat.
Lantas, apa tindakan Anda kepada karyawan yang “bermaksiat” kepada Anda? Jika ditegur tidak juga sadar dan ogah kembali ke “track” sebagai karyawan, maka Anda pasti akan memberhentikannya. Kehadirannya justru akan menjadi parasut perusahaan. Ada tapi tidak berdayaguna. Malah menjatuhkan perusahaan.
Demikian dalil aqliy, kenapa ada “karyawan” Rasulullah yang dipecat dari “perusahaan” surga? Maka, jangan sekali-kali kita berani melanggar syariat...! Taat saja kepada Allah dan Rasulullah! Itulah kunci selamat dari “pemecatan” sebagai umat.
Dalil Naqliy
Untuk lebih jelas dan lugas, kita perhatikan dalil naqliy berikut:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang membuat hal baru dalam ajaran agama kami apa yang bukan bagian darinya, maka perbuatannya itu tertolak” (H.R. Muttafaq ‘Alaih).
Dalam hadits lain, sesaat sebelum Rasulullah berkhutbah, Rasul memuji dan menyanjung Allah swt., kemudian bersabda:
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِىَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
“Barangsiapa yang ditunjuki Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Sesungguhnya sebenar-benarnya perkataan adalah Kitab Allah dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. dan seburuk-buruknya perkara adalah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan dari neraka.” (H.R. an-Nasaiy)
Kesimpulannya, melakukan peribadahan yang sama sekali tidak dilegitimasi Quran, Hadits dan ‘Ijma (baca: bid’ah) merupakan bentuk maksiat kepada Allah dan Rasulullah. Karena bermaksiat dan tidak bertobat, gamblang Rasul menyebutkan bahwa neraka adalah bagiannya. Na’ūdzu billāhi min dzālik.
Kiat Agar Menjadi Umat yang Selamat
Dari hal-hal sebagaimana dibahas di muka, hanya satu kunci agar amal kita diterima oleh Allah swt.. Kuncinya adalah beramallah berdasarkan petunjuk Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan maupun persetujuannya.
Taat. Demikian simpulan tegasnya. Dan, untuk bisa taat, pelajarilah seluk beluk tentang Islam! Carilah ilmu seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya! Taat = ilmu+amal.
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang tidak mau itu, Rasulullah?’. Rasulullah menjawab, ‘Siapa yang taat kepadaku, ia masuk surga; dan siapa yang bermaksiat kepadaku, dia lah yang tidak tidak mau masuk surga’.” (H.R. Bukhari).
Di samping itu, kunci paling utama masuk surga adalah rahmat. Tanpa rahmat Allah, kita tidak bisa taat. Justru karena Allah memberikan rahmat-Nya, dengan mudah kita beribadah sesuai sunnah. Dengan rahmat-Nya, kita mudah bangun malam untuk qiyamullail. Dengan rahmat-Nya, mudah bagi kita membayar zakat, infaq dan sedekah. Dengan rahmat-Nya pula, mudahlah kita menjadi ahli surga yang sarat nikmat. Maak, kejarlah rahmat Allah, kelak kita selamat dunia dan akhirat.
Wallāhu a’lam.
thank nice infonya sangat menarik, silahkan kunjungi balik website kami http://bit.ly/2wFUPf3
BalasHapus